Kekalahan I Gusti Agung / Patih Agung Maruti
Setelah berhasil melakukan pemberontakan
terhadap kekuasaan Dalem Di Made, Patih Agung Kryan Maruti memegang kekuasaan
dengan tetap beristana di Suwecapura Gelgel, pada tahun 1686 M.
Dalem Di Made melarikan diri ke desa Guliang, Bangli bersama dengan 300 orang rakyatnya. Dalem Di Made kemudian wafat di sana.
Dalem Di Made melarikan diri ke desa Guliang, Bangli bersama dengan 300 orang rakyatnya. Dalem Di Made kemudian wafat di sana.
Naiknya Patih Agung Maruti sebagai
penguasa di Gelgel, menyebabkan raja – raja di Bali memisahkan diri dari
kekuasaan Gelgel. Raja – raja yang masih setia kepada Dinasti Dalem Kepakisan
menghimpun diri untuk melakukan perebutan kekuasaan Patih Agung Maruti.
I Dewa Agung Jambe salah seorang putera
terkemuka dari Dalem Di Made, yang beribu dari Badung, mengatur siasat. Beliau
pindah dari lokasi pengungsian di desa Guliang Bangli menuju istana Ulah di
desa Sidemen, dengan diiringi rakyat yang masih setia sekitar 150 orang. Di
desa Sidemen beliau disambut oleh I Gusti Ngurah Sidemen atau I Gusti Ngurah
Singharsa nama lainnya.
Beliau menghimpun kekuatan dari kerajaan kecil di Bali dengan perjanjian bahwa bila Gelgel dapat ditaklukkan maka kerajaan - kerajaan kecil yang ikut membantu tidak lagi membayar utpeti kepada Kerajaan Klungkung tapi tetap diposisikan sebagai pusat/sentral Pemerintahan Bali .
Di tempat inilah direncanakan siasat untuk merebut kembali kota Gelgel dan mengembalikan kekuasaan kepada keturunan Dalem. Gerakan penyerangan terhadap kota Gelgel dilakukan secara mendadak dan rahasia sesuai dengan rencana.
Beliau menghimpun kekuatan dari kerajaan kecil di Bali dengan perjanjian bahwa bila Gelgel dapat ditaklukkan maka kerajaan - kerajaan kecil yang ikut membantu tidak lagi membayar utpeti kepada Kerajaan Klungkung tapi tetap diposisikan sebagai pusat/sentral Pemerintahan Bali .
Di tempat inilah direncanakan siasat untuk merebut kembali kota Gelgel dan mengembalikan kekuasaan kepada keturunan Dalem. Gerakan penyerangan terhadap kota Gelgel dilakukan secara mendadak dan rahasia sesuai dengan rencana.
Karena kalah jumlah pasukan akhirnya I Gusti Agung Maruti beserta beberapa laskarnya
melarikan diri diikuti oleh Kryan Kaler Pacekan, menuju desa Jimbaran.
Atas tipu muslihatnya Kryan Kaler Pacekan berhasil membujuk rakyat I Gusti Agung Maruti untuk ikut bersamanya, dan berhasil mendapatkan keris Ki Sekar Gadhung dan Ki Panglipur. Merasa diperdaya I Gusti Agung kemudian menuju ke kerajaan Kyai Anglurah Tegeh Kori hendak menghamba. Tetapi atas nasihat dari Kyai Tegeh Kori, Kryan Agung Maruti menuju menemui Pangeran Kapal di desa Kapal, bersama 3 orang putera dan puterinya, yatu: I Gusti Agung Putu Agung, I Gusti Agung Ayu Made, dan I Gusti Agung Anom. Sedangkan Kryan Kaler Pacekan tetap di desa Jimbaran.
Atas tipu muslihatnya Kryan Kaler Pacekan berhasil membujuk rakyat I Gusti Agung Maruti untuk ikut bersamanya, dan berhasil mendapatkan keris Ki Sekar Gadhung dan Ki Panglipur. Merasa diperdaya I Gusti Agung kemudian menuju ke kerajaan Kyai Anglurah Tegeh Kori hendak menghamba. Tetapi atas nasihat dari Kyai Tegeh Kori, Kryan Agung Maruti menuju menemui Pangeran Kapal di desa Kapal, bersama 3 orang putera dan puterinya, yatu: I Gusti Agung Putu Agung, I Gusti Agung Ayu Made, dan I Gusti Agung Anom. Sedangkan Kryan Kaler Pacekan tetap di desa Jimbaran.
Tarikan silsilah (Ida Lelangit) I Gusti Agung Maruti
(Silsilah dan turunannya dapat didownload pada tab "SILSILAH Sameron PUSAKKA" diatas)
Kemudian terjadi peperangan antara Kapal
dengan Buringkit, akibat penghinaan Pangeran Kapal, yang menikahkan kuda
kesayangannya dengan puteri dari Pangeran Buringkit.
I Gusti Agung Maruti dimintakan tolong untuk membantu Pangeran Kapal dan ikut terlibat dalam peperangan tersebut.
Pangeran Kapal dan Pangeran Buringkit sama – sama tewas. Sebelum tewas keduanya mengeluarkan kutukan, bahwa antara desa Kapal dan desa Buringkit tidak boleh saling ambil mengambil (kawin), sampai dengan tumbuh-tumbuhan tidak boleh bertemu sampai pada akhir jaman.
I Gusti Agung Maruti dimintakan tolong untuk membantu Pangeran Kapal dan ikut terlibat dalam peperangan tersebut.
Pangeran Kapal dan Pangeran Buringkit sama – sama tewas. Sebelum tewas keduanya mengeluarkan kutukan, bahwa antara desa Kapal dan desa Buringkit tidak boleh saling ambil mengambil (kawin), sampai dengan tumbuh-tumbuhan tidak boleh bertemu sampai pada akhir jaman.
Atas bantuan I Gusti Kaler Pacekan,
Buringkit akhirnya berhasil mengalahkan Kapal. I Gusti Agung Maruti yang ikut
membela wilayah Kapal, melarikan diri bersama dengan isteri dan ke-3 anaknya,
menuju hutan Rangkan.
I Gusti Agung Maruti Menaklukkan Buringkit
Setelah beberapa lama berada di hutan
Rangkan I Gusti Agung mendapat anugerah dari Bhatara Dalem Tawang Alun,
berupa sebuah keris bernama Ki Bintang Kukus. Selain itu Beliau juga
menemukan sebuah tempat pemujaan di tengah hutan, yang kemudian diperbaiki dan
diberi nama Parahyangan Masceti. Kemudian beliau mendirikan istana
bernama PURI KURAMAS.
Setelah mempunyai kekuatan yang tangguh
dan jumlah laskar yang cukup banyak, I Gusti Agung kembali melakukan penyerangan
balasan ke Buringkit. Laskar Buringkit cerai berai, dan I Gusti Kaler Pacekan
berhasil dibunuh di Bukit Pegat.
Keris pusaka Ki Sekar Gadhung dan Ki Panglipur berhasil direbut kembali. Putera – putera I Gusti Kaler Pacekan melarikan diri berpencar, ada yang ke Karangasem ada pula ke Tabanan.
Setelah Buringkit dapat dikalahkan I Gusti Agung Maruti mendirikan Puri Kapal di Catus Pata Desa Kapal bernama PURI TEGEH - KAPAL yang kemudian lebih dikenal dengan Puri Kapal Kanginan (Setelah anak I Gusti Agung Anom/I Gusti Agung Made Agung , yaitu I Gusti Agung Putu berhasil mendirikan Kerajaan Mengwi, beliau menempatkan Istri beliau Ni Gusti Ayu Mambal, anak dari I Gusti Ngurah Mambal kembali di Puri Tegeh dan saat itu nama Puri Tegeh diganti menjadi Puri Kapal Kanginan)
Hal ini dikuatkan oleh Pernyataan Nini Made , langsung kepada admin di Merajan Puri Ageng Mengwi pada saat Piodalan di Merajan Puri Ageng Mengwi th 2017, selaku istri termuda dari Ida Cokorda Mengwi; bahwa dulu Beliau sering menghantarkan / ngiring Ida Cokorda untuk bersembahyang di Pemerajan Lingsir yang tak lain adalah Pemerajan di Puri Kapal Kanginan, namun karena terjadi percekcokan maka sejak itu Ida Cokorda tidak pernah lagi ke Pemerajan Puri Kapal Kanginan.
Keris pusaka Ki Sekar Gadhung dan Ki Panglipur berhasil direbut kembali. Putera – putera I Gusti Kaler Pacekan melarikan diri berpencar, ada yang ke Karangasem ada pula ke Tabanan.
Setelah Buringkit dapat dikalahkan I Gusti Agung Maruti mendirikan Puri Kapal di Catus Pata Desa Kapal bernama PURI TEGEH - KAPAL yang kemudian lebih dikenal dengan Puri Kapal Kanginan (Setelah anak I Gusti Agung Anom/I Gusti Agung Made Agung , yaitu I Gusti Agung Putu berhasil mendirikan Kerajaan Mengwi, beliau menempatkan Istri beliau Ni Gusti Ayu Mambal, anak dari I Gusti Ngurah Mambal kembali di Puri Tegeh dan saat itu nama Puri Tegeh diganti menjadi Puri Kapal Kanginan)
Hal ini dikuatkan oleh Pernyataan Nini Made , langsung kepada admin di Merajan Puri Ageng Mengwi pada saat Piodalan di Merajan Puri Ageng Mengwi th 2017, selaku istri termuda dari Ida Cokorda Mengwi; bahwa dulu Beliau sering menghantarkan / ngiring Ida Cokorda untuk bersembahyang di Pemerajan Lingsir yang tak lain adalah Pemerajan di Puri Kapal Kanginan, namun karena terjadi percekcokan maka sejak itu Ida Cokorda tidak pernah lagi ke Pemerajan Puri Kapal Kanginan.
I Gusti Agung Maruti kemudian mewariskan
kerajaan kepada putera – puteranya :
- I Gusti Agung Putu Agung diberikan Puri Kuramas, dan pusaka Ki Bintang Kukus dan Ki Sekar Gadhung.
- I Gusti Agung Anom diberikan wilayah Kapal dan Buringkit, dan pusaka keris Ki Panglipur, kemudian beliau bergelar I Gusti Agung Made Agung.
I Gusti Agung Maruti kemudian wafat di Puri Kuramas.
- I Gusti Agung Putu Agung diberikan Puri Kuramas, dan pusaka Ki Bintang Kukus dan Ki Sekar Gadhung.
- I Gusti Agung Anom diberikan wilayah Kapal dan Buringkit, dan pusaka keris Ki Panglipur, kemudian beliau bergelar I Gusti Agung Made Agung.
I Gusti Agung Maruti kemudian wafat di Puri Kuramas.
Perpecahan Kuramas dan Kapal
Tersebutlah I Gusti Agung Ayu Made, adik
dari I Gusti Agung Putu Agung dan kakak dariI Gusti Agung Anom/I Gusti Agung Made Agung, yang menderita
sakit ingatan.
Seorang Pandita dari desa Wanasara berhasil menyembuhkan, tetapi setiap berpisah dengan Sang Pandita penyakitnya kambuh lagi. Akhirnya oleh adiknya I Gusti Agung Anom/I Gusti Agung Made Agung , I Gusti Agung Ayu Made dikawinkan dengan Sang Pandita .
Perkawinan ini tanpa sepengetahuan kakaknya I Gusti Agung Putu Agung di Puri Kuramas dan meminta adiknya kepada sang Pandita untuk dibawa ke Puri Kuramas namun ditolak oleh Sang Pandita karena status I Gusti Agung Ayu Made adalah sudah menjadi istri Beliau. I Gusti Agung Putu Agung murka dan membunuh Sang Pandita.
Sebelum menghembuskan napas terakhir sempat mengeluarkan kutukan :
- Kepada I Gusti Agung Putu Agung, bahwa kelak I Gusti Agung Putu dan keturunannya tidak akan pernah menjadi raja.
- Kutukan kepada I Gusti Agung Anom/I Gusti Agung Made Agung, bahwa keturunannya tidak akan habis – habisnya menderita sakit ingatan (gila).
Mengetahui kejadian terbunuhnya sang Pandita, I Gusti Agung Anom/I Gusti Agung Made Agung di Puri Kapal Murka dan mengeluarkan sumpah putus hubungan bersaudara dengan kakaknya I Gusti Agung Putu Agung di Puri Kuramas.
Seorang Pandita dari desa Wanasara berhasil menyembuhkan, tetapi setiap berpisah dengan Sang Pandita penyakitnya kambuh lagi. Akhirnya oleh adiknya I Gusti Agung Anom/I Gusti Agung Made Agung , I Gusti Agung Ayu Made dikawinkan dengan Sang Pandita .
Perkawinan ini tanpa sepengetahuan kakaknya I Gusti Agung Putu Agung di Puri Kuramas dan meminta adiknya kepada sang Pandita untuk dibawa ke Puri Kuramas namun ditolak oleh Sang Pandita karena status I Gusti Agung Ayu Made adalah sudah menjadi istri Beliau. I Gusti Agung Putu Agung murka dan membunuh Sang Pandita.
Sebelum menghembuskan napas terakhir sempat mengeluarkan kutukan :
- Kepada I Gusti Agung Putu Agung, bahwa kelak I Gusti Agung Putu dan keturunannya tidak akan pernah menjadi raja.
- Kutukan kepada I Gusti Agung Anom/I Gusti Agung Made Agung, bahwa keturunannya tidak akan habis – habisnya menderita sakit ingatan (gila).
Mengetahui kejadian terbunuhnya sang Pandita, I Gusti Agung Anom/I Gusti Agung Made Agung di Puri Kapal Murka dan mengeluarkan sumpah putus hubungan bersaudara dengan kakaknya I Gusti Agung Putu Agung di Puri Kuramas.
I Gusti Agung Ayu Made mesatya
mengikuti perjalanan Sang Pandita. I Gusti Agung Anom/I Gusti Agung Made Agung mewarisi pusaka
Sang Pandita berupa genta Ki Bhrahmara, genta Ki Kembang
Lengeng, termasuk Siwa Pakaranan pangeran Kapal yang kuno.
Selain itu I Gusti Agung Anom/I Gusti Agung Made Agung juga mewarisi pusaka seperti: keris Ki
Panglipur, keris Ki Baru Pesawahan (pusakanya Pangeran
Kapal), keris Ki Pancar Utah (pusakanya Pangeran Buringkit dahulu).
I Gusti Agung Anom/I Gusti Agung Made Agung beristerikan Ni
Gusti Luh Bengkel, puteri dari Kryan Bebengan, menurunkan putera satu – satunya
bernama I Gusti Agung Putu. Puteranya adalah hasil dari permohonan I Gusti
Agung Made Agung bersama isterinya di Pura Sada, yaitu anugerah
dari Bhatara Hanandharu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar